Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Menurut Professor Albert Mehrabian, yang menjadi pionir komunikasi
sejak 1960an, komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menarik dan
interaktif antara pihak-pihak yang terkait atau yang disebut dengan Impressive
Communication. Komunikasi ini meliputi :
- Postur, gestur dan bahasa tubuh sebesar 55%
- Tonalitas, warna nada, tempo dan volume sebesar 38%
- Kata kunci dan gaya komunikasi sebesar 7%
Dalam sebuah rumah tangga, komunikasi adalah salah satu hal yang
sangat berperan penting dalam menjalin sebuah hubungan suami-istri yang
harmonis. Komunikasi menjadi sangat penting dikarenakan :
1.
Hubungan yang baik berawal dari
saling bicara dan terbuka
2.
Bisa saling jujur dan percaya
3.
Meminimalkan salah paham
4.
Meningkatkan keintiman
5.
Menjadi pendengar yang baik
Namun tidak semua pasangan suami istri mengalami kelancaran
komunikasi. Ada beberapa permasalahan yang menghambat komunikasi diantara suami
istri, diantaranya :
1. Dua kecenderungan
Secara teoritis, dalam setiap diri manusia memiliki dua kecenderungan
kepribadian, yaitu sebagai pribadi terbuka (ekstrovert, yaitu mereka yang lebih
mudah bergaul dan terbuka kepada orang lain ) dan pribadi tertutup (introvert,
yaitu mereka yang lebih sulit bergaul dengan orang lain dan merasa lebih aman
jika bersikap menutup diri terhadap orang lain).
2. Saluran komunikasi
terhambat
Jika
dalam komunikasi itu salah satu saluran komunikasinya mampat atau tersumbat,
maka informasi yang harusnya mengalir akan terhambat pula. Sedangkan
lancar-tidaknya informasi mengalir, akan menentukan kualitas komunikasi di
antara keduanya.
3. Beda persepi
Perbedaan
persepsi pria dan wanita mengenai hal-hal yang dianggap perlu atau tidak perlu
untuk diinformasikan.
4. Didikan masa
kecil
Sejak kecil, laki-laki telah dibiasakan untuk tidak
mengutarakan isi perasaan atau pikirannya kepada orang lain. Mereka telah
dididik untuk mampu menahan semua itu, karena mereka dituntut untuk menjadi kuat.
Sebaliknya perempuan, mereka dianggap wajar jika menangis atau mengeluh sekalipun,
sebab mereka tak harus menjadi kuat.
Pasangan
suami istri tidak hanya perlu mengetahui apa yang menjadi permasalahan dalam
berkomunikasi, namun harus mengetahui berbagai jenis pola komunikasi yang
menarik dan efektif. Menurut Farid Poniman dalam konsep STIFIn yang
dikembangkannya, terdapat beberapa pola komunikasi yang menarik dan efektif berdasarkan
genetik yaitu :
1.
Komunikasi dengan menggunakan bahasa yang
jelas, runut dan detil disertai dengan contoh nyata (Genetiknya orang Sensing)
2.
Komunikasi dengan menggunakan bahasa yang
logis, jelas sebab akibatnya, fokus pada konsekuensi dan tidak mengulang
(Genetiknya orang Thinking)
3.
Komunikasi dengan menggunakan analogi/metafor,
berbagai kemungkinan dan alternatif (Genetiknya orang Intuiting)
4.
Komunikasi dengan menggunakan perasaan, tentang
kepedulian terhadap lawan bicara (Genetiknya orang Feeling)
5.
Komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang to
the point, bukan kata-kata bersayap, menjawab hanya apa yang ditanyakan
(Genetiknya orang Insting)
Setelah mengetahui
apa yang menjadi permasalahan komunikasi diantara pasangan suami istri dan
pola-pola komunikasi yang ada, maka seyogyanya sepasang suami istri harus mampu
memahami pola komunikasi pasangannya. Menurut Ustadz Bendri, solusi dalam
manajemen konflik rumah tangga ada 2, yaitu fahami pola asuh pasangan kita
(fenotip) dan fahami juga genetiknya.
Mengapa harus
memahami fenotip dan genetik pasangan? Karena fenotif adalah pola asuh, didikan
atau lingkungan yang menjadikannya seperti saat ini. Dimana cara
berkomunikasinya pun akan mengikuti fenotipnya. Sedangkan genetiknya adalah
cara berkomunikasi yang memang sudah diberikan oleh Allah untuk masing-masing
orang.
Apabila seseorang
dididik di lingkungan yang sesuai dengan genetiknya, maka pola komunikasi yang
menjadi fenotipnya akan sama dengan genetiknya. Sebaliknya, apabila seseorang dididik
di lingkungan yang tidak sama dengan genetiknya, maka pola komunikasi yang
dimiliknya akan menyerupai fenotipnya. Namun suatu saat nanti, pola komunikasi
genetiknya akan muncul disaat orang tersebut sudah merasa tidak nyaman dengan
fenotifnya.
Oleh karena
itu penting bagi setiap orang untuk memahami fenotip dan genotif pasangannya
masing-masing. Dengan demikian akan terjalin komunikasi yang menarik dan
efektif dengan pasangan sehingga terciptalah
keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Sebuah keluarga yang menjadi
dambaan setiap pasangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar