Suamiku....
Maafkan aku yang menurutmu sudah tak menghormatimu lagi
Maafkan aku yang menurutmu sudah tak menurutimu lagi
Maafkan aku yang menurutmu sudah menipumu lagi
Maafkan aku yang menurutmu sudah menentangmu lagi
Suamiku...
Aku tahu kalau aku sering berbuat salah kepadamu
Aku tahu kalau aku bukan istri yang baik untukmu
Aku tahu kalau aku bukan ibu yang baik untuk anak-anak kita
Aku tahu kalau aku hanyalah menjadi beban untukmu
Suamiku....
Aku sangat memahami karaktermu sehingga sedapat mungkin aku berusaha utk menjadi wanita seperti yang kau inginkan
Aku sangat memahami karaktermu sehingga aku takkan pernah bisa menjadi diriku sendiri dihadapanmu
Aku sangat memahami kerasnya engkau sehingga aku selalu berusaha tegar diatas kerapuhan hatiku yang memang takkan pernah kau fahami
Aku sangat memahami harapanmu terhadapku sehingga aku dengan sekuat tenaga berusaha memenuhinya walau kenyataannya tak pernah ada hasilnya dimatamu
Suamiku....
Aku sangat menyadari posisi kita masing-masing, dimana engkau memang ditakdirkan berkuasa atas diriku
Aku sangat menyadari kondisi kita masing-masing, dimana engkau memang dilahirkan untuk menaklukanku
Aku sangat menyadari betapa Tuhan memasangkan kita karena sebab masa laluku
Aku sangat menyadari betapa dunia kita sungguh berbeda, dimana kita sama-sama sudah menjalani karpet merah kita masing-masing namun nyatanya kita saling merobek karpet merah itu
Suamiku....
Seumur engkau hidup, begitulah adanya karaktermu terbentuk sesuai dengan apa yang diinginkan Penciptamu
Seumur hidupku, begitulah adanya karakterku terbentuk sesuai dengan apa yang diinginkan Penciptaku
Sampai akhirnya kita bertemu dan tak pernah menyadarinya bahwa kita telah sama-sama menodai keinginan Pencipta kita
Dikarenakan ketidakfahaman kita akan diri kita sendiri
Suamiku....
Disaat itulah semua ketidaktepatan ini bermula, ketidakserasian ini berawal
Disaat sifat kerasmu berkuasa atas diriku, sifat berkorbanku tak masuk logikamu
Sejak itulah sebenarnya ketidaksalingfahaman kita dimulai
Namun tak sekalipun kita menyadarinya
Suamiku....
Tak pernah kah kau menyadari bahwa aku bukanlah malaikat yang tak punya emosi
Tak pernah kah kau menyadari bahwa aku hanyalah seorang manusia yang kesabarannya sangat terbatas
Tak pernah kah kau menyadari bahwa ketidakmampuanmu memahamiku membuatmu tak pernah menganggap apapun yang aku lakukan untukmu, semuanya sepele bagimu
Tak pernah kah kau menyadari bahwa ketidakmampuanku menggapai pemikiranmu selalu kau anggap sebagai sikap pembangkanganku padahal aku begitu tertatih melakukannya
Suamiku....
Pernahkah kau terpikir untuk berusaha memahamiku
Bahwa aku adalah makhluk yang takkan pernah bisa kau didik dengan sikap yang keras
Pernahkah kau terpikir betapa sulitnya untuk memahamimu
Bahwa engkau sangat yakin bahwa sikap yang keras mampu menjadikan hidup ini sempurna
Suamiku....
Tak pernah kusadari betapa selama ini aku begitu tak berharga dimatamu bagaikan maling
Tak pernah kusadari betapa selama ini aku begitu rendahnya dimatamu bagaikan anjing kudisan
Tak pernah kusadari betapa selama ini aku begitu jahatnya kepadamu bagaikan setan berwujud manusia
Tak pernah kusadari betapa selama ini aku begitu tak berartinya untukmu bagaikan penipu yang selamanya tak berhak untuk dipercaya
Suamiku....
Aku akhirnya menyadari itu semua tatkala aku melihat pancaran matamu saat kau katakan itu semua
Itu bukanlah pancaran mata kemarahan namun nyata perasaanmu kepadaku selama ini
Aku tak akan meminta maaf lagi bukan karena ku tak mau, tapi karena aku tidak berhak dimaafkan
Namun satu hal yang kuyakini pasti aku memang tak pantas lagi mendampingimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar