Sabtu, 19 April 2014

Ketika Hukum Rimba Tak Hanya Berlaku di Rimba

Mengamati topik yang sedang trend di sebuah sosial media yaitu mengenai curhatnya seorang wanita penumpang Commuter Line (CL) atas sikap seorang ibu hamil yang juga menumpang di gerbong yang sama, hati saya sempat merasa trenyuh. Karena ternyata semakin berkembangnya zaman, sikap empati dan peduli terhadap sesama juga semakin berkurang. Tapi saya tidak bisa menyalahkan siapapun dalam hal ini karena saya yakin, masing-masing pihak bersikap sesuai dengan keyakinan dan pandangan hidupnya. Jadi dalam hal ini, tidak ada yang salah karena mereka adalah benar dari sudut pandang masing2.

Walau saya belum pernah merasakan naik CL, namun dari rekan-rekan yang setiap harinya bergelut dengan CL, saya mengetahui bahwa di CL itu ada gerbong khusus wanita dan khusus untuk wanita hamil dan lansia, penumpang yang tidak merasa hamil dan lansia disarankan untuk mengalah. Namun seiring berkembangnya jaman, kehidupan sosial pun ikut berkembang dimana sekarang ini sudah susah ditemukan yang namanya antrian (padahal bebek aja mau antri ya, heheh... apa karena ga mau disamakan dengan bebek makanya ga mau antri? hhhmmm, whaterver lah...), mendahulukan orang tua atau wanita hamil ataupun sikap pengharagaan lainnya terhadap orang yang lebih tua.
Zaman sudah berubah, sekarang ini yang berlaku adalah hukum rimba yaitu siapa cepat pasti dapat. Apabila sistem tersebut diaplikasikan untuk menjalankan usaha, mungkin lebih mengena, tapi untuk segi kemanusiaan bagi saya agak kurang pas. Ya, apalagi dalam hal ini, sudah ada peraturan bahwa wanita hamil dan lansia harus didahulukan untuk mendapatkan tempat duduk. Tapi sekali lagi, segala peraturan itu dikembalikan kepada hati nurani masing-masing. Dengan semakin beratnya tuntutan zaman dan persoalan yang dihadapi oleh insan manusia, maka tidaklah salah apabila hati nurani pun menjadi tertutup.
Untuk mencapai tujuan, apabila kita mengikuti prosedur yang ada, yang ada tujuan kita akan lebih susah tercapai, tapi bagi yang mengikuti hukum rimba, maka tujuannya bisa tercapai lebih cepat. Memang serba salah, namun mau apa dikata, begitulah kondisi sekarang. Dimana hukum rimba tak hanya berlaku di rimba belantara tapi juga di belantara kehidupan manusia. Sungguh sangat ironis.....
Dengan adanya topik yang sedang ngetrend ini, kita bisa introspeksi diri, akan menjadi siapakah kita. Apakah menganut hukum rimba jugakah? Silahkan jawab di hati masing-masing.....

4 komentar:

Yulinda mengatakan...

Lemahnya penegakan hukum dan norma2 kehidupan di negara ini menjadikan hukum rimba lah yang akhirnya merajai. Sedihnya kita harus hidup di zaman spt ini, menjadi tugas kita lah utk tetap menegakkan nilai2 kebenaran dan kemanusiaan dari lingkup terkecil, diri dan keluarga kita sendiri. Nice work, Mbak Runny...

Unknown mengatakan...

hmmm ngeri sekali jika hukum rimba berlaku dalam bersosialisasi...naudzubillahi min daliik.. semoga jangan ya Allah

Linda Trinovita mengatakan...

hello mba' runny yang caem, indonesia adalah negeri beragam budaya sudah selayaknya kita saling tepa salira. semoga bener kata mba' runny dengan saling instropeksi diri semua masalah bisa teratasi. salam sehat yua buat mba' runny dan keluarga, big hugs...

Bunda Runny mengatakan...

@mbayulinda : bener banget, mba... kadang sedih mikirin gimana nanti zaman anak2 kita dewasa :'(
@mbadevi : ngeri banget, mba.... kebayang saling sikutnya itu lho...
@mbalinda : semoga rasa saling tepa salira itu ga hilang ya, mba....