Seminggu setelah masuk SD, anakku yang ketiga, Luthfi, tiba-tiba mogok sekolah. Luthfi menangis menjerit-jerit didepan kelasnya pada saat akan kutinggal. Sikapnya sungguh membuatku bingung karena dari hari pertama, Luthfi menunjukkan semangat sekolahnya. Tapi mengapa setelah seminggu berlalu tiba-tiba menjadi seperti ini?
Kucoba mengajaknya berbicara, mulai dari cara halus sampai aku emosi namun tak juga sepatah katapun keluar dari mulut anakku itu. Ya Allah, gerangan apa lagi yang hendak Kau ujikan kepadaku? Terus terang aku sudah kehabisan akal walau tetap kucoba jangan sampai kehabisan kesabaran untuk menghadapi sikap Luthfi.
Sikap Luthfi yang seperti itu berawal dari pengunduran diri walikelasnya sehingga aku juga merasa kebingungan harus berbicara kepada siapa untuk mencari penyebab sikapnya tersebut. Dua minggu berlalu, dan sikapnya makin menjadi-jadi. Sungguh kutak tahu harus bagaimana lagi untuk bersikap.
Setelah hampir setiap hari kuajak bicara, suatu malam menjelang tidur dengan terisak-isak Luthfi akhirnya menceritakan penyebab dia merasa ketakutan untuk pergi ke sekolah. Sungguh tak kusangka dan tak kuduga, ternyata Luthfi menjadi korban kenakalan salah satu temannya atau yang sekarang dikenal dengan istilah bully. Bagaikan dis
Setelah hampir setiap hari kuajak bicara, suatu malam menjelang tidur dengan terisak-isak Luthfi akhirnya menceritakan penyebab dia merasa ketakutan untuk pergi ke sekolah. Sungguh tak kusangka dan tak kuduga, ternyata Luthfi menjadi korban kenakalan salah satu temannya atau yang sekarang dikenal dengan istilah bully. Bagaikan dis
Ya Allah, Ya Rabbi... Demikian burukkah sikapku sebagai seorang ibu sehingga Kau uji lagi diriku dengan kasus seperti ini? Tidak cukupkah seorang saja anakku yang mengalaminya yang bahkan sampai saat ini kondisinya pun belum sepenuhnya pulih. Dan sekarang, Engkau menegurku lagi dengan memberikan kasus ini kepada anakku yang masih kanak-kanak? Aku mencoba menerima kondisi ini dengan tawakal dan ikhlas.
Hari demi hari kulewati pagi dengan drama ketakutan Luthfi didepan kelasnya. Aku semakin kehilangan akal, semua upaya aku lakukan, mulai dari konsultasi dengan walikelasnya, minta bantuan kepada teman-temannya untuk mengajak masuk kelas, membujuknya akan dibelikan mainan dan makanan favoritnya bahkan sampai ke mengadu kepada kepala sekolah. Hingga pada satu titik hatiku sudah tak sanggup lagi melihat kondisi Luthfi, akhirnya aku menghadap pihak yayasan untuk menyelesaikan kasus ini. Pada saat itu berkumpullah antara aku sebagai orang tua, walikelas, kepala sekolah dan pihak yayasan. Dan alhamdulillah dari hasil pertemuan tersebut diambil keputusan bahwa walikelas Luthfi akan diganti dengan guru yang lebih capable baik dari segi waktu, karakter dan background pendidikannya.
Hari demi hari kulewati pagi dengan drama ketakutan Luthfi didepan kelasnya. Aku semakin kehilangan akal, semua upaya aku lakukan, mulai dari konsultasi dengan walikelasnya, minta bantuan kepada teman-temannya untuk mengajak masuk kelas, membujuknya akan dibelikan mainan dan makanan favoritnya bahkan sampai ke mengadu kepada kepala sekolah. Hingga pada satu titik hatiku sudah tak sanggup lagi melihat kondisi Luthfi, akhirnya aku menghadap pihak yayasan untuk menyelesaikan kasus ini. Pada saat itu berkumpullah antara aku sebagai orang tua, walikelas, kepala sekolah dan pihak yayasan. Dan alhamdulillah dari hasil pertemuan tersebut diambil keputusan bahwa walikelas Luthfi akan diganti dengan guru yang lebih capable baik dari segi waktu, karakter dan background pendidikannya.
Seminggu berlalu, formasi guru yang baru mulai menunjukkan kemajuan. Drama pagi dikelas masih terjadi tapi tanpa disertai teriakan maupun tangisan. Hanya ekspresi ketakutan yang masih terlihat. Tapi aku sungguh bersyukur, dengan pergantian guru-gurunya itu, Luthfi menjadi lebih nyaman dan bahkan temannya yang sering berbuat nakal itu juga menjadi baik sikapnya. Memang pe er ku masih panjang, aku masih harus menyediakan stock sabar yang tak berbatas untuk mengembalikan kondisi psikis Luthfi agar tidak ada ketakutan untuk bersekolah. disamping itu aku juga masih harus menanamkan kesabaran yang tinggi untuk Laras kakaknya Luthfi yang sampai saat ini kodisi fisiknya belum pulih sepenuhnya.
Wahai teman-temanku sesama orang tua, siapkan kesabaran yang tak terbatas dalam mendidik, mengurus dan merawat anak-anak kita. Jangan salahkan mereka apabila sikap mereka tidak baik, tapi bercerminlah kepada diri kita. Apa yang salah pada kita dalam memperlakukan atau bersikap kepada mereka, karena sesungguhnya anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Sehingga seburuk apapun sikap mereka, mereka tidak sepenuhnya salah melainkan kitalah sebagai orang tua yang lebih berperan dalam melahirkan kesalahan mereka. Karena kita terutama ibu adalah madrasah pertama buat anak-anaknya.
Ya, teman-temanku sesama orang tua. Marilah kita bersama-sama menghentikan mata rantai bullying yang saat ini semakin marak terjadi. Karena hanya kita sebagai orang tua yang bisa memutus rantai tersebut. Walaupun kita tidak bisa menghindarkan anak kita dari kondisi menjadi korban bullying tapi kita bisa menghindarkan mereka dari menjadi pelaku. Dan itu dampaknya akan jauh lebih baik. Jadi marilah kita bersama-sama belajar bersabar menghadapi anak-anak kita. Jadikan mereka berkarakter islami seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Wahai teman-temanku sesama orang tua, siapkan kesabaran yang tak terbatas dalam mendidik, mengurus dan merawat anak-anak kita. Jangan salahkan mereka apabila sikap mereka tidak baik, tapi bercerminlah kepada diri kita. Apa yang salah pada kita dalam memperlakukan atau bersikap kepada mereka, karena sesungguhnya anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Sehingga seburuk apapun sikap mereka, mereka tidak sepenuhnya salah melainkan kitalah sebagai orang tua yang lebih berperan dalam melahirkan kesalahan mereka. Karena kita terutama ibu adalah madrasah pertama buat anak-anaknya.
Ya, teman-temanku sesama orang tua. Marilah kita bersama-sama menghentikan mata rantai bullying yang saat ini semakin marak terjadi. Karena hanya kita sebagai orang tua yang bisa memutus rantai tersebut. Walaupun kita tidak bisa menghindarkan anak kita dari kondisi menjadi korban bullying tapi kita bisa menghindarkan mereka dari menjadi pelaku. Dan itu dampaknya akan jauh lebih baik. Jadi marilah kita bersama-sama belajar bersabar menghadapi anak-anak kita. Jadikan mereka berkarakter islami seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.
5 komentar:
subhanallah, Mbak Runny, semoga masalah ini segera berakhir dan Luthfi bisa melupakan ketakutannya akibat bullying. Dan semoga tdk terjadi lagi terhadap anak2 yang lain.
(mampir yuuk ke web-ku http://klappykoe.com)
Aku turut prihatin dengan yang terjadi pada anak-anak mbak runny, semoga Allah slalu memberikan kesabaran. Dan tidak akan ada lagi bullying dimanapun.
Ya Allah... Jahat sekali temannya. Semoga luthfi kuat ya mba. Bisa melewati masalah ini dengan baik... Aamiin....
turut prihatin mba...semoga semua segera berakhir...
JUAL ANDROID SAMSUNG MURAH
JUAL ANDROID LENUVO MURAH
JUAL ANDROID OPO MURAH
JUAL ANDROID ADVAN MURAH
JUAL ANDROID NOKIA MURAH
JUAL ANDROID SONY MURAH
JUAL ANDROID CROSE MURAH
JUAL ANDROID MITO MURAH
Posting Komentar